Jumat, 14 Desember 2012

Mojang Jajaka Sebagai Duta Promosi Seni Budaya Dan Pariwisata Jawa Barat


Mojang Jajaka Sebagai Duta Promosi Seni Budaya Dan Pariwisata Jawa Barat

Wilujeung Sumping..
Sampurasun..


Pasanggiri Mojang Jajaka


Pasanggiri Mojang Jajaka merupakan agenda tahunan Pemerintah. Kegiatan ini merupakan salah satu ajang untuk lebih mengenalkan karakter budaya tradisional  kepada generasi muda karena disadari maupun tidak, masyarakat jawabarat dan sekitarnya sendiri belum banyak mengenal seni budaya dan potensi pariwisata di jawa barat.  Dengan lebih mengenal budaya sendiri maka diharapkan di kalangan generasi muda akan tumbuh kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya sendiri dan memiliki filter terhadap serangan budaya luar. 
Globalisasi yang terjadi sekarang ini harus dicermati secara seksama agar pengaruh terhadap nilai sosial budaya kita dapat tetap terjaga. Sehingga diharapkan generasi muda dapat memiliki sikap agar  tetap menjunjung budaya kita sendiri dengan tetap membuka diri terhadap kemajuan yang datangnya dari luar. Hal inilah yang diharapkan menjadi output dari kegiatan pasanggiri mojang jajaka ini.
Seluruh finalis akan mengikuti sesi penilaian ataupun penjurian dari berbagai aspek. Mulai dari pengetahuan umum tentang potensi daerah hingga kesenian dan sejarah daerah. Karena ke depan para finalis diharapkan mampu menjadi duta promosi seni budaya dan pariwisata, aspek seni budaya dan kepariwisataan akan menjadi titik berat pertanyaan dewan juri. Ajang Tahunan ini yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten dan Paguyuban Mojang Jajaka akan segera digelar, ajang yang ditunggu-tunggu oleh kita semua ini memberi kesempatan bagi Generasi Muda untuk ikut berkompetisi menjadi Duta Wisata dan Budaya dan untuk Pinilih 1 Mojang dan Jajaka akan mewakili daerah tersebut  di Ajang Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat.

Mojang dan Jajaka Kuningan Harus Serba Bisa dan Panda

Bakat seni di kalangan pelajar SMP dan SMA di Kabupaten Kuningan berpotensi sebagai Mojang dan Jajaka (Moka) Kuningan, dan bakat itu dijaring dalam ajang seleksi Mojang dan Jajaka 2012 yang digelar Dinas Pariwisata Kabupaten Kuningan bekerjasama dengan Paguyuban Moka Kuningan. Para peserta yang akan tampil dikarantina terlebih dahulu di Hotel Cijoho Permai, untuk diwawancarai sekaligus diberi arahan oleh beberapa pejabat Disparbud dan Bagian Humas Setda Kuningan. Diselenggarakannya Pasanggiri Mojang Jajaka tersebut, menurut Kepala Disparbud Kabupaten Kuningan Tedi Suminar, bertujuan untuk memunculkan Mojang Jajaka sebagai Duta Pariwisata Kuningan yang berwawasan dan memiliki kemampuan serta keahlian dalam segala bidang.

“Mojang dan Jajaka Kuningan harus jembar pangabisa jeung sugih ku pangarti (serba bisa dan pandai). Sehingga nantinya Mojang dan Jajaka Kuningan dapat mempromosikan pariwisata Kabupaten Kuningan,” ujarnya.  Sementara Ketua Paguyuban Mojang dan Jajaka Kuningan, Zainal Muttaqin, mengatakan bahwa peserta pasanggiri Mojang dan Jajaka kali ini berjumlah 50 orang putra/puti dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Kategori peserta itu sendiri adalah remaja usia 14-17 tahun sebanyak 28 orang putra/putrid dan kategori dewasa 22 orang putra/putri.  “Ke-50 peserta yang berlomba diarahkan untuk lebih memahami etika, kepribadian, budaya dan tak kalah pentingnya memahami sejarah Kuningan. Tak hanya itu, para peserta juga harus menguasai bahasa Inggris,” katanya.  Grand Final dilaksanakan di GOR Ewangga setelah diaudisi pada babak penyisihan sehari sebelumnya di Gedung Kesenian Kuningan dengan tim penilai dari Paguyuban Moka Provinsi Jawa Barat.
Pendidik adalah orang yang kaya ilmu dan wawasan

MOTTO Mojang Jajaka Kabupaten Kuningan

Motto dari Mojang Jajaka Kuningan yaitu "Hade ku Basa, Beunghar ku Pangabisa"

yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan "Bagus dalam Bahasa, dan Kaya akan Kemampuan"
Untuk menjadi seorang pendidik dibutuhkan banyak wawasan yang nantinya dapat memperkaya ilmu kita, bukan hanya keterampilan mengenai materi mata pelajaran yang kita ajarkan saja, tapi pengetahuan kita dalam banyak hal akan mempermudah kita dalam menjadi sosok pendidik yang serba bisa dan pada akhirnya bukankah hal ini yang menjadi nilai positif lebih bagi kita. Selain itu, dengan memiliki banyak wawasan kita pun akan bisa lebih banyak berbagi dan bisa lebih banyak menginspirasi anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan cenderung mencari sosok yang bisa mereka tiru dan menjadi sosok inspirasi bagi mereka, akan semakin mudah bagi kita dalam mengarahkan dan membimbing anak ke arah yang jauh lebih baik dan positif jika kita mampu menjadi sosok yang mereka inspirasikan. Maka dari itu, harus terus mencoba hal-hal baru yang positif yang bisa memperkaya diri dengan ilmu yang luar biasa. Melalui Hilo Green Ambassador 2012, kita  banyak mendapatkan ilmu dan wawasan mengenai isu lingkungan, melalui Duta Bahasa Provinsi Jawa Barat 2012, kita akan banyak mendapatkan ilmu dan wawsan mengenai dunia kebahasaan dan melalui Pasanggiri Mojang Jajaka Kabupaten Kuningan 2012, kita bisa mendapatkan banyak sekali ilmu dan wawasan mengenai betapa pentingnya kita menjaga budaya, tradisi dan pariwisata tempat dimana kita lahir dan tumbuh dewasa.
Mojang Jajaka merupakan ajang pemilihan duta pariwisata suatu daerah. MOKA (Mojang Jajaka) adalah sebutan bagi para duta pariwisata yang berasal dari sebagian besar wilayah kabupaten/kota yang berada di Jawa Barat. Jajaka merupakan sebutan bagi duta pariwisata putra dan mojang merupakan sebutan bagi duta pariwisata putri. Mengapa saya sebutkan hanya sebagian besar wilayah? Karena di setiap daerah, sebutan untuk para duta pariwisata ini berbeda-beda, contohnya di Kota Cirebon, tidak menggunakan istilah Mojang Jajaka namun menggunakan istilah Jaka Rara, ini pun belaku di provinsi lain.
Calon pendidik harus bisa menempatkan diri menjadi sosok yang lebih dari 3B (Brain, Beauty, Behavior). Selain menjadi sosok yang harus menginspirasi, ia harus juga bisa turut menjaga apa yang diwariskan oleh leluhur kita. Sebenarnya pendidik merupakan duta dalam segala hal, salah satunya adalah duta pariwisata. Melalui ajang mojang jajaka kita akan  menjadi lebih banyak tahu mengenai potensi pariwisata Kabupaten Kuningan pada khususnya dan potensi pariwisata Indonesia pada umumnya.
Mengapa kita perlu mengikuti ajang ini?. Sebagai warga asli dari Kabupaten Kuningan kita pun ingin ikut turut berkontribusi dalam mengenalkan dan melestarikan budaya, tradisi dan pariwisata yang daerah kita miliki. selain itu, juga untuk memperkaya pengalaman sehingga semakin banyak hal yang bisa kita bagikan dan ceritakan kepada anak-anak kita kelak. Jangan pernah menargetkan untuk menjadi juara. Kenapa? karena seorang duta memiliki tanggung jawab moral yang sangat luar biasa besar, sehingga apapun hasilnya, harus  menyerahkan semuanya kepada mereka yang lebih berhak. Tapi yang terpenting adalah mau mencoba dan menikmati segala proses yang ada di dalamnya, mengenai berhasil atau tidaknya, jangan dipikirkan. Tananamkan prinsip kepada anak-anak untuk tidak takut mencoba. Mereka selalu berkata, “Mustahil”, “Tidak mungkin berhasil”, “Saya tidak bisa”, “Pasti gagal” dan lain sebagainya yang mengungkapkan kepesimisan. tetapi, mereka berkata “Saya bisa” itu merupakan hal yang benar, mereka berkata, “Saya tidak bisa”, itu pun merupakan hal yang benar. namun jika kita berkata, “Saya tidak bisa”, bukankah itu berarti kita telah menghilangkan kesempatan kita untuk menjadi bisa. Jadi intinya selalu coba kesempatan baik yang ada di hadapan kita, karena siapa tahu melalui kesempatan ini terbuka pintu kesempatan yang lainnya. Jika kita berhasil, itu merupakan bonus dari usaha kita. Namun jika gagal, jangan pernah menyerah, dalam sisi lain sebenarnya kita telah menang, karena kita sudah menang dan berhasil melangkah jauh dari awal kita berkata “Tidak bisa”, yang penting adalah kita sudah melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan.
MOJANG KUNINGAN
MOJANG KUNINGAN “KITA ADALAH KUAT”
(Kuat Mental, Kuat Cerdas, Kuat Berkarya, dan Kuat Berani)
INDONESIA adalah suatu negara yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, dimana tidak mentolerir adanya eksploitasi dan dominasi suatu golongan terhadap golongan manusia lainnya. Namun ternyata Indonesia mempunyai struktur masyarakat umumnya masih bersifat patriakal. (Yang dimaksud dengan system patriakal adalah merupakan struktur yang mengesahkan bentuk kekuasaan dimana kaum laki-laki mendominasi kaum wanita.). Faktor ekonomi wanita yang lebih lemah menjadi penyebab dominasi lelaki, sehingga wanita tergantung pada lelaki untuk memenuhi kebutuhan materialnya. Untuk mengingatkan kepada mojang-mojang Kuningan, bahwa sebagai kaum mojang kita harus mengangkat mensejajarkan status mojang sama dengan status jajaka.  Apa yang harus dilakukan untuk menghapus posisi mojang sebagai kelas dua ?. “Mojang kita adalah kuat”, (dalam arti, kuat mental, kuat cerdas, kuat berkarya, dan kuat berani.)
Kuat Mental yang berarti positif misalnya saja kuat mental dalam disiplin, yang maksudnya membentuk, atau meningkatkan karakter ketangguhan mental untuk mencapai kemajuan dan kenikmatan, dan pengendalian diri, dalam arti mampu mengontrol emosi pola pikir sehingga kita bisa mengatasi segala masalah dalam kehidupan dengan ketenangan.
Faktor lemahnya mental sangat berpengaruh kenapa wanita selalu takut untuk melindungi dirinya sendiri.  Maka jadilah kaum mojang yang bermental kuat untuk melindungi diri, dan atau melawan segala tindak kekerasan fisik maupun batin.  Arahan dari saya agar semua kaum wanita agar menyimpan nomor dan alamat penting organisasi-organisasi terkait, apabila terjadi kekerasan maka langsung saja hubungi polisi, dan atau organisasi-organisasi terkait yang dianggap mampu menolong. 
Jangan pernah merasa takut atau malu, karena kaum wanita juga berhak untuk mendapatkan perlindungan, dan memperoleh rasa nyaman didalam mengarungi kehidupan. Maka mulai sekarang berlatih membentuk atau meningkatkan karakter ketangguhan mental untuk persiapan diri menghadapi kehidupan yang keras ini.
Kuat Cerdas yang berarti kecerdasan secara umum, bukan saja cerdas kemampuan memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran, tetapi juga cerdas kemampuan untuk memroses informasi agar mampu bersaing secara sehat, dan mampu menyimpulkan arti dari kehidupan, juga kemampuan untuk mengantisipasinya secara cermat, sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problems solved). 
Untuk meningkatkan kecerdasan, tentu saja kita perlu menambah pengetahuan dan berlatih memproses pengetahuan itu lewat kegiatan kreatif, kegiatan menalar, dan kegiatan mengevaluasi atau menilai.  Maka untuk meningkatkan kecerdasan kita dengan cara : Mengevaluasi diri, menetapkan tujuan hidup atau cita-cita, membiasakan hidup cerdas, umpamanya membaca, berdiskusi, olah pikir, olah rasa, dan olah raga, membangun sikap kritis dan keterbukaan, berfikir positif, dan rendah hati.
Kuat Berkarya  adalah kemampuan menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi diri sendiri ataupun untuk kemajuan hidup, yang disesuaikan dengan bakat diri kita sendiri untuk menuai hasil yang diharapkan. Ada elemen-elemen yang bisa mendorong seseorang mempunyai kemampuan untuk berkarya misalnya saja, kecerdasan yang memadai, keterampilan kerja yang baik, rasa percaya diri, kemampuan berkomunikasi, keterampilan menjual ide dan gagasan, berfikir positif, kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain.
Kuat Berani yang dimaksud disini adalah keberanian suatu sikap untuk berbuat sesuatu yang dapat mengubah kehidupan dengan tidak terlalu merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk. Seperti yang dikatakan Aristotle bahwa, “The conquering of fear is the beginning of wisdom. (Kemampuan menahklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan).” Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka.
Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya. Suatu hal yang terpenting adalah kita harus menciptakan kemajuan, karena dengan adanya perubahan menjadikan diri kita berani membuat kemajuan yang lebih besar.  Anthony J. D’ Anjelo berkata, “ Don’t fear change, embrace it. (Jangan pernah takut pada perubahan, tetapi peluklah erat)”. 

Pasanggiri MojangJajaka Unjuk Kabisa
 
Gerakan jurus-jurus pencak silat diperlihatkan mojang dengan sangat luwes. Kepalan dan sikutan tangan divariasi tendangan dan kembang ibingan, diperlihatkan di hadapan juri penilai . Mojang Jajaka Unjuk Kabisa bertempat di Aula Hotel Bumi Kitri Jalan Cikutra, Bandung.
Mojang Jajaka Unjuk Kabisa merupakan bagian awal dari penilaian tim juri terhadap mojang dan jajaka perwakilan dari 25 Kota dan Kabupaten se Jawa Barat di ajang Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat. Pada sesi Unjuk Kabisa Mojang Jajaka, peserta dituntut memperlihatkan kemampuan yang dimiliki dalam bidang seni budaya. Tidak jauh berbeda pada penyelenggaraan Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat  tahun-tahun sebelumnya, di sesi Mojang Jajaka Unjuk Kabisa, peserta lebih banyak memilih menari dan menyanyi. Tercatat ada 21 orang mojang ataupun jajakan yang menunjukan kemahiran melakukan tarian (jaipongan), sembilan orang menyanyi, beladiri (empat orang), dan main musik serta baca puisi masing-masing seorang. Namun demikian di antara 50 orang mojang dan jajaka tersebut ada beberapa peserta yang memperlihatkan kemampuan dengan sangat terlatih dan tidak cangggung. “Hal inilah yang akan dijadikan point bagi dewan juri untuk memberikan penilaian, karena kalau melihat gerakan tariannya yang masih kaku atau bermain musiknya gugup ataupun grogi, ada kemungkinan sebelum tampil peserta berlatih dadakan. Meskipun dalam sesi Mojang Jajaka Unjuk Kabisa banyak persamaan dengan tahun sebelumnya, menurut pihaknya selaku penyelenggara memberikan penekanan bahwa apa yang dilakukan harus sesuai dengan karakter mojang dan jajaka yang nyunda. Dicontohkannya sosok laki-laki yang melakukan tarian ataupun bernyanyi harus memperlihatkan jati diri seorang laki-laki Sunda.
Pasanggiri Mojang Jajaka (Moka) merupakan ajang pemilihan putra-putri Jabar menjadi duta promosi kesenian,kebudayaan dan pariwisata Jabar yang dilakukan pemerintah untuk mempromosikan seni dan budaya daerah. Karena disadari maupun tidak, masyarakat Jawa Barat sendiri belum banyak mengenal seni budaya dan potensi pariwisata di Jawa Barat.
Setelah sesi Mojang Jajaka Unjuk Kabisa, seluruh finalis akan mengikuti sesi penilaian ataupun penjurian dari berbagai aspek. Mulai dari pengetahuan umum  tentang potensi daerah masing-masing hingga potensi Jawa Barat dan Indonesia.
Karena ke depan para finalis diharapkan mampu menjadi duta promosi seni budaya dan pariwisata, aspek seni budaya dan kepariwisataan akan menjadi titik berat pertanyaan dewan juri. Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengenal daerahnya sendiri dan karenanya sosok mojang dan jajakan dimasyarakat sebagai duta promosi seni budaya dan pariwisata akan sangat dibutuhkan. Jadi mojang dan jajaka tahun tahun yang akan datang tidak akan dijadikan pajangan ataupun pemanis penerima tamu saat acara seremonial pemerintahan.
Finalis Moka Harus Perkenalkan Wisata Daerah

Banyak masyarakat Jawa Barat yang belum mengenal seni dan budaya Sunda sebagai kekayaan yang luar biasa dari daerah tersebut. Namun,Pasanggiri Mojang Jajaka (Moka) diharapkan menjadi media efektif untuk promosi kepariwisataan tanah pasundan.  Pasanggiri Mojang Jajaka (Moka) merupakan ajang pemilihan putra-putri Jabar menjadi duta promosi kesenian,kebudayaan dan pariwisata Jabar yang dilakukan pemerintah untuk mempromosikan seni dan budaya daerah.Sebab,pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengenal daerahnya sendiri. Rais Ikhsan Milki,salah satu finalis Pasanggiri Moka Jabar  misalnya. Dia sempat bertanya kepada sejumlah pengunjung yang hadir di acara tersebut yang diselenggarakan di di BTC Fashion Mal,Jalan dr Djunjunan,Kota Bandung, kemarin. Jajaka perwakilan Kabupaten Ciamis ini bertanya letak pantai Pangandaran. Dia terkejut ketika salah satu pengunjung mengatakan lokasi pantai Pangandaran ada di Jawa Tengah. “Saya langsung memberitahu jika pantai ini berlokasi di Jabar,dan menjadi salah satu wisata kebanggaan Jabar,”tuturnya.
Ryan Putri Astrini,finalis Moka dari Kabupaten Cianjur pun memperkenalkan tiga pilar utama daerahnya yang menjadi kebanggaan,yakni ngaos,mamaos,dan maenpo. ”Ngaosadalah ngaji, dimana pemerintah Kabupaten Cianjur merupakan kota agamais. Sedangkan mamaos merupakan seni budaya Cianjur. Daerah kami memiliki beragama kesenian, salah satunya ngawih. Dan pilar ketiga adalah maenpo atau olah raga tradisional Cianjur. Ketiga pilar ini akan saya sajikan dalam unjuk kabisa nanti,” kata mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran ini. Ada 25 pasang finalis Pasanggiri Mojang-Jajaka (Moka) Jawa Barat  mulai dikarantina pada di Hotel Bumi Kitri. Masa Karantina ini,akan berlangsung hingga malam grand final pada mendatang.  Sebelum pemilihan dilakukan,para finalis diharuskan mengikuti berbagai rangkaian kegiatan, mulai dari karantina,sesi foto, pembekalan,kegiatan sosial, dan lain-lain.  Panitia Pasanggiri Moka Jabar mengatakan,para orang tua bisa melihat langsung keahlian anak mereka masing masing. ”Jadi tidak ada anggapan jika pemilihan Moka ini hanyalah pemilihan yang mengandalkan penampilan saja,tapi ajang ini memang dilakukan untuk merekrut putra-putri Jabar menjadi duta promosi kesenian, kebudayaan dan pariwisata Jabar,”.
MOJANG JAJAKA KOTA BANDUNG
rancage gawe...capetang teu eleh tandang...
Kota Bandung adalah kota yang sarat akan beragam potensi Pariwisata, Seni dan Budaya. Dalam upaya meneruskan roda pembangunan, perlu dipersiapkan sosok generasi muda yang dapat mengembangkan seluruh potensi Kota Bandung. Terlebih di dalam usianya yang lebih dari 200 tahun, tentu saja tumbuh suatu harapan akan lahir generasi penerus yang mampu meneruskan roda pembangunan di tahun-tahun ke depan usia Kota Bandung, sehingga perlu dipersiapkan sosok-sosok generasi muda yang dapat mengembangkan seluruh potensi Kota Bandung. Namun hal yang terpenting adalah suatu proses regenerasi budaya antar generasi.
Melalui pasanggiri Mojang Jajaka sebuah proses regenerasi dapat dilakukan demi menghasilkan kualitas generasi yang mengerti dan memahami akar budayanya. Pemilihan Mojang Jajaka Kota Bandung, merupakan suatu ajang kompetisi guna mempersiapkan generasi muda unggulan Kota Bandung yang dapat berperan sebagai pemicu dalam kehidupan bermasyarakat, berbudaya, berbangsa dan bernegara.
Mojang dan Jajaka Kota Bandung adalah perwujudan dari generasi muda unggulan Jawa Barat yang dapat memerankan dirinya sebagai obor, khususnya dalam gerakan kebudayaan dan kepariwisataan di Kota Bandung , serta gerakan pembangunan seluruh aspek kehidupan pada umumnya. Sehingga para Mojang Jajaka Kota Bandung juga bisa menjadi ikon sosok ideal generasi muda Kota Bandung dan representasi citra positif Kota Bandung dari segala aspeknya.
Mojang (gadis/pemudi) dan Jajaka (pemuda) diharapkan menjadi orang hebat sehingga nantinya bisa berbuat banyak bagi masyarakat, bukan hanya sekadar promosi pariwisata. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengharapkan hal itu saat menerima para finalis Mojang Parahyangan dan Jajaka Sunda 2012 dan Moka 2011 di Gedung Negara Pakuan, Bandung. Dalam acara itu dilakukan serah terima jabatan dari Moka 2011 ke para finalis Moka 2012.
"Jangan hanya berhenti sebagai Moka, atau Moka yang dikenang. Lima belas tahun mendatang harus menjadi orang hebat di bidangnya masing-masing, cita-cita harus lebih tinggi, silakan jadi presiden, silakan jadi gubernur,".  Moka pantas menjadi orang hebat, karena mereka adalah orang terbaik di daerahnya masing-masing. Mereka adalah anak-anak muda pilihan, seluruhnya terbaik di daerahnya. "Jadi nanti kalaupun tidak terpilih sebagai Moka Jabar, jangan berkecil hati, karena semuanya orang-orang terbaik. Pada saat nanti, Moka harus turut pada tema-tema kesehatan, pendidikan, dan memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang banyak hal. Jadi bukan hanya jual tampang pada urusan pariwisata saja. Proses pemilihan Moka Jabar akan berlangsung dan Siapapun yang terpilih nanti, diharapkan jadilah pelopor, jadilah leader, hingga orang di sekitarnya bisa mendapatkan manfaat.
Nasionalisme Mojang dan Jajaka
Nasionalisme“Mojang” dan “Jajaka”?
Di wilayah tatar Sunda pemuda dan pemudinya kerap disebut dengan jajaka dan mojang. Jajaka Sunda yang berwibawa, waspada dan gagah berani atau tegas adalah modal awal membangun wilayah Nusantara yang berkeadilan dan berkesejahteraan. Adapun mojang Sunda adalah partner dari jajaka yang mestinya mencerminkan kreativitas seorang perempuan dalam membangun kedaulatan daerahnya dan negeri Indonesia . Maka, eksistensi mojang dan jajaka semestinya bisa memberikan secercah cahaya perbaikan, khususnya bagi warga Jawa Barat, umumnya bagi seluruh rakyat Indonesia . Meskipun berasal dari etnik Sunda, mereka harus bisa berposisi sebagai duta kebudayaan lokal dan nasional, dengan melakukan tugas-tugas pemberdayaan masyarakat marjinal. Itulah tujuan inti dari berkumpulnya pemuda-pemudi pada tahun 1928, yakni agar keragaman kultural di bumi pertiwi mengerucut pada satu tekad perjuangan. Keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Lantas, bagaimanakah dengan peran mojang dan jajaka di era kontemporer seperti sekarang ini? Apakah rasa kesukuan mesti ditonjolkan ketika dirinya ngajowantara ditingkat Nasional? Ataukah sama dengan nasib generasi muda “hedonis” lain yang hura-hura menikmati hidup, sementara itu peran fungsional bagi kemajuan bangsa dilupakan?
Nasib kebudayaan
Berbicara tentang kebudayaan kita, nasibnya seakan terkatung-katung. Dari nama departemennya saja posisi budaya di Indonesia dan khususnya di Jawa Barat tidak sejajar dengan pendidikan. Ya, istilah sekarang adalah dinas kebudayaan dan pariwisata (Disbudpar). Dalam konteks ini, kebudayaan hanya dijadikan ajang tontonan turis asing mancanegara dan domestik saja. Sementara itu, falsafah hidup kesundaan yang diwariskan Ki Sunda, umpamanya, luput dari ingatan generasi muda di Pasundan. Dahulu semasa Orde Lama, mendiang presiden Soekarno pernah melarang bertebarannya kebudayaan musik “ngak-ngik-ngok” dan model pakaian “you can see” yang berasal dari “Barat”. Sebab, disinyalir dapat menyingkirkan jati diri asli bangsa Indonesia sehingga kesadaran untuk melestarikan kearifan budaya lokal, umpamanya luput dari aktivitas keseharian generasi muda. Maka, prosesi pemilihan mojang dan jajaka Jawa Barat yang dilaksanakan rutin setahun sekali semestinya melahirkan generassi muda yang piawai dan berkesadaran untuk mempertahankan eksistensi budaya di tiap daerah. Karena itu, jangan hanya dijadikan sebagai ajang menghambur-hamburkan dana rakyat sementara itu mojang dan jajaka secara kualitas tidak mampu menjadi duta pemelihara dan penjaga keragaman budaya serta nihil dari semangat memajukan bangsa.
Duta kebudayaan
Mojang dan jajaka sebagai generasi muda Sunda, mesti memiliki peran yang tidak hanya bersifat sesaat. Misalnya, hanya dipajang ketika ada kunjungan duta budaya dari luar wilayah Sunda atau dari luar negeri saja. Setelah kunjungan selesai, mojang dan jajaka pun kembali kepada kehidupan sehari-hari kaum muda yang kabaruang racun yang disebarkan arus globalisasi. Dalam posisi demikian budaya Sunda juga hanyalah dijadikan sebagai arena tontonan, bukan tuntunan; sehingga tidaklah heran jika para pinilih mojang dan jajaka Sunda tidak mampu merespon problem kehidupan warga di Tatar Sunda. Jika betul bahwa pemilihan mojang dan jajaka dilaksanakan untuk mengembalikan eksistensi budaya Sunda ditingkat nasional dan internasional; toh kenapa atmosfer kesundaan hanya terasa dalam suasana pemilihan saja. Kabaya khas Sunda, gelung, samping, bendo, bahasa Sunda dan gaya berjalan yang rengkuh sebagai gambaran karakter barudak ngora, katanya “nyunda” itu, hanya dapat dirasakan pada saat acara-acara tersebut. Namun, pada hari-hari biasa kamarana lumpatna keluhungan budaya mojang dan jajaka Sunda? Satu generasi muda Sunda yang semestinya menjadi duta budaya yang tidak hanya mencakup keindahan produk material dari budaya an sich. Melainkan mesti mengenalkan kearifan, keluhungan dan keindahan falsafah hidup warga lokal di tatar Sunda sehingga dapat dijadikan modal untuk membangun keharmonisan ketika berbangsa, beragama, dan bermasyarakat. Sebab, meskipun urang Sunda berhilir-mudik dengan warga non-Sunda kita tidak pernah merasa sombong, merendahkan etnis lain, dan tentunya acapkali hidup rukun berdampingan dengan para pendatang. Dalam bahasa Sunda, terkenal dengan pribahasa “someah hade ka semah”
Mengikis etnosentrisme
Dalam konteks kekinian, ikatan primordial kesukuan Sunda di Jawa Barat jangan terlalu dijadikan sebagai pemecah belah rajutan kolektif warga. Sebab, pada tanggal 28 Oktober 1928 juga para pemuda dan pemudi dari seluruh wilayah di Nusantara yang beragam kultur, keyakinan dan bahkan religi bersatu padu menghimpun kekuatan agar generasi muda memiliki peran bagi nasib bangsa ke depan. Maka, ketika wilayah Indonesia yang dipenuhi oleh kekayaan etnis yang berjumlah ratusan, mojang dan jajaka Sunda semestinya mampu mengikis rasa kesukuan, karena hal itu dapat memecah belah integritas, bahkan menanamkan benih-benih etnosentrisme. Apalagi, mereka sebagai generasi muda yang kerap didukung secara fanatik oleh pendukungnya seperti halnya dalam acara reality show, tidak diciptakan menjadi masyarakat sadar budaya sesaat. Dalam bahasa lain, setelah prosesi pemilihan mojang dan jajaka selesai dilangsungkan para pinilih tidak boleh kembali tak menyadari keberadaan budaya sendiri dan kebudayaan lain. Oleh sebab itu,  mengikis etnosentrisme dalam kehidupan adalah pekerjaan rumah yang mesti dileunyeupan oleh mojang dan jajaka Sunda sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa tidak bakal terpecah-pecah. Dalam posisi seperti demikian, eksistensi mojang dan jajaka Sunda harus bisa memantik semangat generasi muda lain untuk memajukan bangsa, memadamkan api konflik dengan warga non-Sunda di Jawa Barat, dan yang paling utama tiasa turun ka warga kalangan bawah.  

Mojang Jajaka Jabar Beradu Akting Lutung kasarung
Mojang dan Jajaka Jawa Barat beradu akting berperan dalam drama musikal cerita khas Jawa Barat "Lutung Kasarung" yang digelar secara kolosal di Taman Budaya Jawa Barat.
"Pagelaran drama musikal Lutung Kasarung merupakan salah satu pilot project di Jawa Barat untuk memberdayakan mojang dan jajaka Jabar ke dalam industri pariwisata secara nyata," kata Wakil Gubernur Jawa Barat H Dede Yusuf di Bandung. Menurut Dede, pagelaran Lutung Kasarung itu merupakan terobosan untuk menjadikan para mojang dan jajaka tidak hanya diaktifkan dalam kegiatan formal dan ceremonial belaka, melainkan terjun langsung sebagai seniman dan pelaku industri pariwisata.
"Moka-moka yang tidak pernah menari dan menyanyi akan disiapkan selama empat bulan ke depan, sehingga mereka bisa memerankan perannya dengan baik,".
Pertunjukan yang didukung Yayasan Prima Ardian Tana dan Saung Angklung Udjo Bandung itu akan dipentaskan oleh 100 pemain yang terdiri dari anggota Mojang Jajaka Jawa Barat yang telah lulus audisi baik secara muskialisasi, seni tari dan seni peran.
Bentuk pertunjukan yang akan digarap oleh mojang jajaka, seniman dan generasi muda itu konsen terhadap nilai budaya lokal. Pertunjukan opera Lutung Kasarung ini merupakan sebuah kolaborasi seni peran, seni gerak dan seni tarik.

Sementara itu cerita Lutung Kasarung merupakan cerita pantun, mengisahkan legenda masyarakat Sunda tentang perjalanan Sanghyang Guruminda dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (bumi) dalam wujud seekor lutung (sejenis monyet). Dalam perjalannya di bumi, sang lutung bertemu dengan puteri Purbasari Ayuwangi yang diusir oleh saudaranya yang pendengki yakni Purbararang.

Lutung Kasarung merupakan makhluk buruk rupa, yang akhirnya menjadi pangeran yang mengawini Purbasari, dan mereka memerintah di Keajaan Pasir Batang dan Kerajaan Cupu Mandala Ayu. "Cerita ini mengandung filosofi lokal dengan nilai-nilai moral dalam narasinya. Dua nilai moral yang muncul yakni dampak negatif dari perilaku memandang rendah orang lain dan sifat pemaaf. Sementara itu Loetoeng Kasaroeng merupakan film pertama di Indonesia yang dirilit pada 1926 oleh NV Java Film Company dengan sutradara orang Belanda, G Kruger dan L Heuveldorp.
"Saat ini setelah 90 tahunan, diharapkan Lutung Kasarung yang dikemas dengan konsep saat ini diharapkan bisa go internasional.  Diharapkan nanti Lutung Kasarung bisa manggung di X-Planet Singapura dan di sejumlah Negara lainnya.
Moka Jabar 2012 Diharap Bantu Pariwisata Go Green

BANDUNG - Pasanggiri Mojang Jajaka (Moka) Jabar 2012 kembali dihelat. Ajang tahunan ini diharapkan membantu pemerintah mengembangkan kepariwisataan Jawa Barat yang berwawasan go green. Pasanggiri tahunan ini diikuti 25 pasang perwakilan dari 25 kabupaten kota se-Jawa Barat. Digelar di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, Jawa Barat. event ini menghasilkan beberapa pemenang.
Daftar pemenang Moka Jabar 2012, di antaranya Widya Sarasayu Kusuma M (pemenang pertama), Nadya Victoryka (Wakil 1 asal Kota Depok), dan Cindy Intan Audya Putri (Wakil 2 asal Kabupaten Kuningan), Arini Widya Yulianti (Harapan 1 asal Kabupaten Purwakarta), Ririn Prameswari (Harapan 2 asal Kota Bogor), dan Linda Dwi Astuti (Harapan 3 asal Kota bekasi).
Sementara, Jajaka terpilih berhasil diraih Yuda Purwa Purnama (pemenang pertama dari Kabupaten Bandung Barat), Ageng Sutrisno (Wakil 1 asal Kabupaten Kuningan), dan Anggoro Seto (Wakil 2 asal Kota Bekasi), Ivan Hendry Tholense (Harapan 1 asal Kota Depok), Herul Paturohman (Harapan 2 asal Kabupaten Majalengka), dan Muhamad Marikar Arsyi (Harapan 3 asal Kota Bandung). Pooling Terbanyak Kameumeut Jabar 2012 Mojang diraih Lisa Adriana Paramitha (asal Kota Cirebon) sedangkan Jajaka Kameumeut diraih Muhammad Ressa Fauzi (asal Kabupaten Purwakarta).
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Drs. Nunung Sobari MM mengatakan bahwa kegiatan Mojang Jajaka Jawa Barat 2012 merupakan event tahunan yang berimplikasi terhadap berbagai dinamika kehidupan di kalangan generasi muda.  Semakin banyak generasi muda yang terlibat dalam kegiatan ini, akan semakin banyak pula kreativitas di kalangan pemuda lainnya yang memiliki potensi dan prestasi, khususnya dalam membantu pemerintah mengembangkan kepariwisataan Jawa Barat yang berwawasan go green. Penyelenggaraan Pasanggiri Moka Jabar 2012 sekaligus bertujuan menumbuhkembangkan kecintaan generasi muda terhadap kebudayaan Jawa Barat. Tujuannya adalah memacu generasi muda berprestasi dan berkreasi serta inovasi.